Catatan perjalanan Gn. Sindoro – Sumbing (double S).

Kali ini gw mau menceritakan kisah pendakian Gn. Sindoro – Sumbing (Double S). Semua diawali dengan sebuah ide yang sangat briliant dari seorang petapa sebut saja Hendra, dia tetiba muncul begitu saja kemudian mencetuskan sebuah kalimat yang tergambar dalam sebaris ketikan dalam grup linggarjatisepuluhpersen (sebuah grup WA): “bro double S yuk”. Betul saja hal ini memicu keributan sekaligus dukungan fanatik, “AYOO..!”. Dari sini mulai berdatangan para petapa dari seluruh penjuru Jabodetabek. Technical meeting via grup WA terjadi. Tukar pikiran, saut-sautan out of topic, hingga celetuk kegelisahan banyak terjadi di sana. Hingga terbit sebuah timeline perencanaan matang pendakian Double S:

Perencanaan Double S

Perencanaan Double S

Hari H yaitu tanggal 17 April 2014 tiba. Kami berencana bertemu di meeting point Terminal Mendolo (masing-masing berangkat dari berbagai penjuru sekitaran Jakarta sesuai wilayah tempat kerja dan universitas). Tidak disangka-sangka semua keberangkatan mengalami DELAY bro. Jadwal keberangkatan yang tadinya pukul 17.00 baru berangkat sekitar 22.00. Kondisi lalu lintas ibukota saat itu sangat padat. Ditambah perjalanan yang sangat macet hingga Tasikmalaya membuat jadwal jadi berantakan (udah biasa begini sih hahaha tapi kali ini kelewat parah dari rencana jadwal).

Stasiun Mendolo

Stasiun Mendolo

18 April 2014 Pukul 13.30 WIB, kami tiba di Stasiun Mendolo: Gw, Cyntia, Rangga, Budi, Yunus, dan Audit. Kawan kami Vega dan Opi masih di jalan (masih di sekitaran Bandung, karena macet) dan mereka memutuskan untuk menyusul kemudian saat kami di Sumbing. Pendaki yang batal ikut yaitu Oki dikarenakan nyasar entah kemana saat menuju terminal Rawamangun, sedangkan sang pencetus ide si Hendra ia terjebak suatu kondisi kerja yang mengharuskan ia masuk kerja hingga hari minggu.

Seusai melaksanakan sholat Dzuhur rangkap Asar, kami berangkat menggunakan bus kecil ke Desa Kledung. Memakan waktu 20 – 30 menit dari Trm. Mendolo. Daftar di pos Sindoro kemudian sebelum berangkat kami makan siang dulu di warung samping pos pendaftaran Sindoro. Setelah itu kami ngojek sampai pos 1 😀 (lumayan buat hemat waktu dan energi soalnya rencana double S).

Seturunnya dari ojek kami menyempatkan diri berfoto:

Masih seger abis ngojek :p

Masih seger abis ngojek :p

Langkah pertama pendakian dimulai, Audit yang newbie lumayan ngos-ngosan di awal trek tapi semangatnya luar biasa. Gw, Tugik, Cyntia, Yunus dan Budi masih bisa nyengir-nyengir lucu (selagi sempat).

Kalo ngikutin timeline (yang tentu aja udah dirubah karena ngaret): Jalan terus hingga pos III seenggaknya begitu rencana kami buat gelar makan malam. Tapi belum sampai pos II hari sudah gelap. Singkat cerita kami akhirnya sampai ke pos III dan gak ada lagi lapak kosong bahkan buat gelar lapak makan. Lanjut terus kami berencana gelar tenda langsung begitu ketemu lahan kosong. Ketemulah di pinggir jurang yang dalem dan cuma muat satu tenda. Bahkan buat masak pun sulit karena emang sempit banget lapaknya. Makan sambil pegangan pohon biar gak jatoh ke jurang sambil jongkok sampe kaki keram. Santapan malam itu adalah Bakso plus nasi dan orek tempe. Sedap anget emang itu kuah bakso saat kelaparan :D. Udah gitu pas mau ngebo (baca: tidur) tenda Tugik yang berkapasitas 4 orang itu ajaibnya kita semua masuk, tenda disesaki oleh 6 pendaki yang sudah nafsu pelukan Sleeping Bag, kami tidur dalam kecemasan jikalau gelinding kita pasti mati rame-rame masuk jurang (gak ada foto lapak tenda tersebut, kayaknya udah gak kepikiran lagi buat foto spot tenda yang berbahaya begini waktu itu).

Bulan Purnama

Bulan Purnama

19 April 2014, Jam 3 pagi kita semua bangun masak mie dan lanjut muncak. Dingin parah tapi ingatan yang menghangatkan yaitu tentang langit malam yang cerah dengan bulan purnama yang masih menempel kuat juga tentang bayangan gunung Sumbing yang gagah sangat indah di kala malam. Lanjut jalan tanpa carrier (YES..!), begitu sampai pas sebelom Pos 4 di hutan Lamtoro, Sunrise yang sangat indah dengan tanpa malu-malu muncul dengan gemulai. Puas menikmati keindahan dengan tanpa berkata-kata kami lanjut foto dikit dulu sebelum mulai menuju puncak.

Menunggu Sunrise

Menunggu Sunrise (sambil ngeliatin Gn Sumbing)

Sunrise gan :D

Sunrise gan 😀

Konturnya menipu, kirain udah deket itu puncak rupanya masih jauh. Nanya beberapa pendaki yang usai muncak jawabannya adalah satu jam lagi – satu jam lagi, terdengar seperti penyemangat yang jika ditelusuri itu adalah kalimat penyemangat saja tanpa ada kepastian satu jam lagi sampai. Ada juga sih yang jujur mengatakan 4 jam lagi (nyesel nanya bro jadinya :D). Namanya puncak selalu Jauh di mata dekat di kaki toh akhirnya sampe jam 10 siang di Puncak Sindoro:

Full Team Sindoro Summit

Full Team Sindoro Summit

Di Atas Awan

Di Atas Awan

Puas menikmati Sindoro Crater kami turun karena lapar dan kehausan, untuk mencapai tenda diperlukan waktu sekitar 1.5 jam. Begitu sampai tenda badai mengguyur dan bertiup kencang. Beruntung kami dikelilingi pohon Lamtoro. Kami menunggu badai reda sambil nyemil coklat dan sisa-sisa mie. Elang dan Opi saat ini sedang mendaki Sumbing. Maafkan kami Elang kami terjebak badai. karena sangat lapar kami memaksakan diri memasak ditengah badai sambil mengejar waktu untuk menyusul Elang, karenanya sambil memasak diiringi dengan pembongkaran tenda.  Sore hari pukul 4 kami berangkat turun. Kondisi cuaca saat itu masih hujan. Sekitar jam 7 malam kami sampai di pos I di pangkalan ojek. Audit saat itu belum muncul juga, karena khawatir kami kembali mendaki dan berencana menuju pos II kebetulan diwakili gw dan Budi.

Setelah penjemputan Audit kami ngojek lagi sampai Pos Pendaftaran Sindoro. Kemudian bergegas ke Pos Sumbing sambil membeli keperluan logistik. Di Pos Sumbing kami bertanya tentang Elang dan Opi, benar mereka telah mendaki sejak siang tadi. Kami beristirahat dahulu sejenak sebelum menyusul mereka. 20 April 2014, setelah 2 jam tidur, rupanya banyak teman-teman yang sudah lelah, akhirnya misi pendakian kali ini berubah menjadi misi kemanusiaan, menjemput dan mengantarkan bahan logistik ke Elang dan Opi di Pos yang telah kami sepakati yaitu di Pos II Sumbing, Pos Genus. Berbekal satu carrier 45L berisi bahan makanan kami bergegas meluncur dengan Ojek ke arah Trek Pendakian Jalur Lama. Kondisi masih gelap gulita dan bahkan belum adzan subuh. Kami berdua berjalan dengan bekal sarapan Roti Unyil.

Ketemu ni si Opi (tengah), di Foto oleh Elang. Perjalanan dari Pos Genus menuju Pos Pendaftaran Sumbing

Ketemu ni si Opi (tengah), di Foto oleh Elang. Perjalanan dari Pos Genus menuju Pos Pendaftaran Sumbing

udah di deket pos sumbing nyariin ELang gak ketemu akhirnya foto tanpa elang dan opi :s

Seusai misi penjemputann, udah di deket pos sumbing nyariin Elang gak ketemu akhirnya foto tanpa Elang dan Opi :s

Alhamdulillah Elang dan Opi baik-baik saja, mereka rupanya juga tidak berniat muncak, jadi kita turun bersama-sama. Merayakan bersatunya kembali kita dengan selamat, sesampainya di Tmn. Mendolo bersama kita santap Mie Ongklok Wonosobo dan kebetulan pada saat itu Elang berulang tahun. Happy Birthday Elang!

Makan Ongklok

Makan Ongklok

Special thanks to: Tugik (@hyukaze7), semua foto di sini adalah hasil karya doi 😀

 

Esok (tanggal 16 Mei 2014) beberapa dari kami ingin mendaki Gn. Cikurai, insyaAllah)

6 thoughts on “Catatan perjalanan Gn. Sindoro – Sumbing (double S).

  1. Saya pernah double S cuma berdua bro, tapi udah lama banget skitar tahun 2002 sebelum menikah, dari solo berangkat Sabtu langsung ke Sindoro setelah puncak minggu pagi langsung turun , habis Sholat Luhur dekat base camp Sindoro langsung ke Sumbing, istirahat sebentar Habis Sholat Magrib langsung berangkat ke puncak Sumbing, Senin pagi udah turun lagi sampai base camp Sumbing istirahat bentar sambil Sholat Luhur, skitar jam 3 pulang ke Solo, sampai Solo skitar Jam 9 malam. Kaki rasanya seperti mo lepas semua bro, padahal hari selasa langsung masuk kerja coz ijinnya cuma 1 hari pas senin.
    Mantap pokoknya.

    Liked by 1 person

Leave a comment